Tanggal 16 Oktober 2025 lalu, saya membuka open recruitment untuk mencari anggota guna menjalankan program kebudayaan dari pemerintah dengan salah satu syaratnya agak nyleneh: kirim meme. Mengapa harus kirim meme? Apa hubungan pekerjaan dengan meme?



Saya bisa membagi tiga golongan atas persyaratan tersebut.
- Golongan pertama menganggap bahwa kirim meme adalah candaan belaka, yang bertumpu di balik keseriusan atas niat bekerja. Golongan ini saya wajarkan karena barangkali menganggap bahwa bekerja hanyalah perkara bekerja atas melakukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan profit maupun benefit.
- Golongan kedua mempertanyakan ulang apakah benar diharuskan kirim meme sebagai persyaratan yang harus dipenuhi atau sekadar keisengan saya memperlakukan para pelamar. Golongan ini juga saya wajarkan karena barangkali persyaratan semacam ini sedikit aneh dan jarang sekali ditemui di lembaga dan perusahaan.
- Golongan ketiga memperlakukan kirim meme adalah hal yang sama pentingnya dengan kirim porto dan bio.
Lantas, apa dasarnya saya meminta kirim meme?
Saya menyadari untuk bekerja bersama satu tim dan membentuk tim tersebut harus memiliki kesamaan frekuensi emosional yang sama. Atau, kita setidaknya memiliki tanggapan yang sama atas suatu objek yang sama. Sebenarnya, kita sah-sah saja menerapkan pada judul buku, film, maupun objek lain, yang bisa ditanggapi oleh pelamar sehingga kita bisa mengetahui sejauh mana tanggapan itu dekat dengan kita atau meleceh jauh dari kita. Masalahnya, tidak semua pelamar pernah dan memiliki akses dalam membaca satu judul buku yang sama, film yang sama, atau karya seni lain yang sama. Itulah, sebabnya saya meminta, setelah mempertimbangkan lebih jauh, untuk berkirim meme.
Dengan paparan media sosial yang besar pada kehidupan kita, kita tak ayal juga terpapar, sedikit banyak, meme, entah meme itu kita sukai ataupun tidak. Saya pun juga begitu, terpapar meme dari kiriman teman-teman lewat DM Instagram. Dari banyaknya meme yang lewat maupun terkirim via DM, kita akhirnya setidaknya memiliki satu emosional yang sama dalam melihat satu objek yang sama, dalam hal ini meme. Ketika kita sudah memiliki satu kesamaan ini, saya melihat salah satu unsur bisa diajak bekerja pun terpenuhi, yang tentu bukan berarti mengesampingkan porto dan bio serta pre-test yang telah saya kirimkan kepada para pelamar.
Dengan kesamaan emosional ini, kita bisa lebih memahami emosi satu sama lain dan automatis juga sedikit mengenali karakter dan lebih efektif dalam bekerja. Penggunaan meme dalam melamar kerja juga bisa tidak diterapkan jika sebelumnya sudah pernah bercakap-cakap secara ringan dan canda.
Kiranya, jika pandangan ini lebih efektif, bisa dipakai untuk para HRD.
Tinggalkan Balasan