Kategori: cerpen

  • Serangan Sebelum Dhuhur

    PS. Cerpen ini ditulis tahun 2012 guna mengikuti lomba cerpen yang diadakan oleh UKKI Unesa tahun 2012 dan mendapatkan juara 3. Sejumlah warung makan di pinggir jalan digegerkan kedatangan sekelompok orang berbaju putih lengkap dengan sorbannya. Pemilik warung pun tak menyangka kedatangan mereka yang tiba-tiba. Mereka datang sebelum adzan Dhuhur dikumandangkan, sekitar pukul sebelas. Beberapa…

  • Si Kotak

    PS 1. Cerpen ini bisa dikatakan cerpen yang salah masuk. Pada awalnya, cerpen ini ditulis untuk mengikuti lomba cerpen FSS 2010. Ditolak tapi tidak begitu menyesal karena cerpen saya mungkin terlihat amatiran. Iseng-iseng, cerpen saya kirim ke koran Sindo. Ternyata dimuat. Saya tidak tahu mengapa bisa terjadi semacam ini. (Catatan tersebut mempertahankan catatan yang telah…

  • Meminta Uang, Berharap Terbang

    PS. Cerpen ini kemudian dialihwahanakan menjadi puisi dengan judul yang sama. Puisi bisa ditemui di buku puisi Cara Menghitung Anak. Cerpen tersebut telah dimuat di Majalah Sarbi Edisi April 2017. Untuk mengunduh versi pdf, bisa dilihat di bagian paling bawah. Sejumlah remaja menghentikan permainan. Semua tengadah, seolah merapalkan doa. Tidak dengan mendekapkan tangan. Namun dengan…

  • Badu Balas Budi

    Badu dan Budi adalah sahabat sejati sejak lahir. Mereka bersahabat sejak lahir karena kedua orang tua mereka adalah tetangga dekat. Rumah Badu sebelah barat dan rumah Budi sebelah timur, hanya dipisahkan jalan setapak. Karena kedekatan kedua orang tua yang sudah bertahun-tahun tersebut, mereka memilih kamar bersalin yang saling bersebelahan, seperti rumah mereka. Badu lahir sepuluh…

  • Utang Budi

    Hari Minggu adalah hari petunjuk bagi Budi. Setiap Budi menginjak hari Minggu, dia hampir selalu diajak ayahnya menginjak trotoar di kawasan Citraland. Salah satu rumah di kawasan itu hampir selalu ditunjuk-tunjuk oleh ayahnya jadi petunjuk masa depan Budi. Terdengar mustahil tergapai, tapi beginilah yang terngiang dan dipercayai Budi dari ayahnya: rumah itu kelak akan jadi…

  • Bola Budi

    Rumahku mundur dua meter setengah dari pohon mangga yang mulai berbuah. Itu sudah diukur oleh ayah ketika membangun dengan bantuan para tukang. Begitu juga ibu, mengukur sendiri luas dapur yang diinginkannya. Karena bagi ayah, dapur adalah kantor ibu, sedangkan kantor ayah adalah sekolah. Aku dan ayah satu sekolah. Ayah guru olahragaku dan aku siswanya nanti…