(Tulisan ini pernah dipublikasi di Surat Kabar Guru Belajar Edisi 1 Tahun Ketiga, Februari 2018, yang diinisiasi oleh Kampus Guru Cikal, juga sebagai reportase saya saat mengajar di SMP YPJ Tembagapura dalam rentang tahun yang sama. Pengarsipan ini bertujuan agar metode yang kami terapkan bisa digunakan, setidaknya disesuaikan, untuk para pendidik masa kini. Semoga bermanfaat.)
Pertemuan pertama dengan siswa sering dianggap hal yang sepele oleh sebagian guru. Guru memperkenalkan diri. Biasanya, guru akan menyebut nama, asal, serta tempat tinggal di dekat sekolah. Kemudian, secara berurutan, siswa juga memperkenalkan diri. Siswa menyebut nama, kota kelahiran, dan tempat tinggal. Perkenalan tersebut berakhir sampai siswa paling belakang. Ada siswa yang dengan lantang dan percaya diri menyebutkan namanya. Ada juga yang menyebut secara cepat. Ada juga yang terbata-bata. Bahkan, ada yang kurang terdengar di telinga guru.
Lalu, bagaimana kita memahami siswa satu kelas yang belum sepenuhnya kita kenal, hapal namanya, dan mengerti tingkah lakunya? Sebaliknya, apakah siswa yang kita ajar sudah mengenal kita secara dekat?
Acapkali yang menjadi kendala seorang guru adalah kurang adanya ikatan emosional dengan para siswanya. Hal inilah yang membuat siswa kurang tertarik atau bahkan malas mendengarkan serta mengerjakan tugas dari guru. Jika guru tidak bisa menciptakan suasana kondusif sejak awal, maka siswa akan sedikit susah diatur. Siswa merasa kurang dekat secara emosional dengan guru. Oleh karena itu, dengan tulisan sederhana ini, saya ingin berbagi pengalaman saya agar masalah tersebut bisa teratasi.
Sebelum memulai pertemuan pertama dengan siswa, kami, karena terdiri dari beberapa orang, diberi arahan seorang guru yang bertugas merancang unit plan agar pembelajaran berjalan lancar. Namanya Pak Andrew. Dia menyarankan untuk melakukan pemanasan sebelum memulai pertemuan pertama. Tujuannya agar guru bisa mengenal siswa dan memahami karakter tiap siswanya.
Pak Andrew memberi salah satu contoh pemanasan yang efektif, yakni dengan cara All About Me. Apa itu All About Me? All About Me adalah menggambar diri kita secara fisik dengan mencantumkan nama kita dan disertai 5 hal tentang diri kita, bisa mulai dari keluarga, hobi, makanan yang kita suka, hewan yang dibenci, dan hal-hal lain yang dekat dengan kita. Pak Andrew tidak sekadar menerangkan apa itu All About Me. Kami diberi waktu untuk menggambar 5 hal tentang diri kami. Saat kami tengah menggambar, Pak Andrew berjalan melihat pekerjaan kami. Sesekali bertanya,”do you like swimming?” Tanyanya ke seorang guru. Guru tersebut kontan menjawab,”yes, of course.” Ohya, Pak Andrew berasal dari California, Amerika. Dalam berkomunikasi, dia menggunakan bahasa Inggris karena keterbatasan berbahasa Indonesia.
Setelah tiga puluh menit menggambar, satu per satu mempresentasikan di depan. Pak Andrew pun memulai dengan presentasi All About Me miliknya. Dia bicara mengenai keluarga, hobi, pekerjaan, makanan, dan musik kesukaannya. Setelah presentasi, Pak Andrew mempersilakan kami bertanya. Tentu, kami bertanya menggunakan bahasa Inggris untuk mempermudah komunikasi. Dia juga memaklumi jika ada kekurangan dalam pronunciation maupun grammar. “Thank you,” katanya sedikit menganggukkan kepala mengakhiri presentasinya. Kami memberi applause sebagai penghargaan.
Berikutnya, giliran kami. Pak Andrew mengundi siapa yang presentasi terlebih dahulu. Nama saya pun muncul. Saya berdiri di tempat sambil menunjukkan hasil gambar All About Me. Semua mendengarkan dan memperhatikan. Selesai presentasi, semua orang diberi kesempatan untuk bertanya. Jika semua pertanyaan sudah terjawab dan tidak ada pertanyaan lagi, saya mengakhiri dengan “thank you.” Pak Andrew juga membalas dengan “thank you,” sembari mempersilakan saya duduk. Senyum ramah merekah dari wajahnya.
Presentasi All About Me terus berjalan bergiliran sesuai undian. Kami pun mengenal satu sama lain dalam waktu singkat.
Instruksi dari Pak Andrew saya terapkan di kelas. Saya masuk ke kelas, menyapa siswa, lalu memperkenalkan diri. “Untuk mempermudah saya menghapal nama kalian dan mengenal kalian lebih dekat, kita buat All About Me.” Setelah itu, saya menerangkan apa itu All About Me.“Jadi, kita menggambar diri kita, mulai kaki sampai kepala, diberi nama dan menggambar lima hal yang terdekat tentang diri kita. Bisa dari keluarga, hobi, makanan kesukaan, musik, pelajaran, hewan, dan apapun itu.” Seorang siswa bertanya,”hanya menggambar, Pak Guru?” Saya menggeleng. “Selesai menggambar, kita mempresentasikan satu per satu.” Beberapa siswa masih bingung untuk mengerjakan.”Saya tempel contoh All About Me buatan saya. Jika semua sudah selesai, saya akan mempresentasikan punya saya dulu.” Saya tersenyum.
Saya memberi siswa kertas A3 untuk menggambar. Peralatan menggambar seperti crayon, spidol, dan pensil warna, saya letakkan di tengah. Mereka pun langsung mengerjakan. Sesekali mereka bertanya mengenai pengerjaannya. Apakah boleh menggunakan pensil, apakah harus diwarnai, apakah harus penuh, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat siswa makin bersemangat. Namun, ada juga yang sedikit malas menggambar. Siswa ini menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan teman sebelahnya. Di sini, saya harus ikut berperan. Saya berjalan melihat-lihat proses mereka dalam menggambar.
Siswa tidak perlu dituntun menggambar yang bagus. Saya juga tidak membatasi waktu yang terlalu ketat. Tujuannya agar siswa lebih rileks dalam menggambar. Kita tahu semua siswa punya kemampuan masing-masing. Ada yang jago menggambar. Ada yang pintar mengutarakan pendapat. Ada yang suka beraktivitas di kelas. Ada yang rajin mencatat. Ada yang tekun mendengarkan penjelasan guru. Begitu juga dengan satu kelas dengan kelas yang lain.
Saatnya saya presentasi lagi. Tapi, kali ini presentasi di depan siswa. Saya menjelaskan mengenai diri saya, mulai nama lengkap, tempat tanggal lahir, serta kota domisili saya di Jawa. Selanjutnya, saya menjelaskan panjang lebar mengenai lima hal terdekat dengan saya. Semua siswa mendengar dengan antusias. Saking tidak sabarnya, mereka kadang langsung menyela dan bertanya. Saya menghentikan penjelasan All About Me sejenak lalu menjawab pertanyaan siswa. Saya persilakan siswa untuk bertanya secara sedetail-detailnya yang tidak menyimpang jauh dari All About Me.
Serunya, setiap pertanyaan yang diajukan siswa mengandung rasa penasaran bagi mereka. Mereka tidak sabar untuk bertanya. Siswa ingin mengulik informasi lebih dalam mengenai saya. Mulai dari usia, apakah punya pacar, apakah pernah makan babi, apa film kesukaannya, dan hal lainnya. Lumrahnya, siswa yang bertanya ingin mengundang rasa humor. Hal semacam itu tidak bisa kita cegah. Kita ikuti saja. Dari situasi ini, siswa dan guru mulai menjalin kedekatan emosional.
Setelah saya presentasi All About Me, saya memanggil siswa untuk giliran selanjutnya secara acak. Siswa yang dipanggil sedikit deg-degan. Dia maju, menunjukkan hasil gambarannya, lalu mempresentasikan. Sedangkan yang lain, sudah siap melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk siswa yang maju. Memang, seperti dihakimi. Namun, asiknya, setiap siswa pasti mendapat giliran. Saya berdiri melihat dari belakang sebagai moderator. Saya berhak menunjuk siswa yang mengacung terlebih dahulu untuk bertanya. Walaupun kadang saya tidak mampu membendung rasa antusias siswa untuk bertanya. Jadi, kerap saya alihkan peran moderator ke siswa yang maju. Hal ini juga untuk memberi kepercayaan siswa menjalankan aktivitas di kelas. Asal tidak mengganggu norma dan etika di kelas.
Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari pelaksanaan All About Me? Banyak sekali. Selain untuk pemanasan siswa dan guru sebelum menuju ke materi yang diajarkan, siswa dan guru bisa lebih dekat. Guru bisa memahami karakter siswa. Mulai dari hal apa yang disukai, hal apa yang dibenci, dan hal apa yang menarik bagi siswa satu kelas. Guru juga bisa melihat potensi siswa ada di mana. Apakah hasil gambarannya bagus, apakah cara presentasinya mudah dipahami, apakah kelima hal dalam diri siswa bisa terjawab runtut, dan hal lainnya ketika dipraktekkan.
Sebaliknya, siswa juga lebih mengenal dan memahami guru. Siswa tidak ada rasa malu atau canggung berkomunikasi dengan guru. Kita bisa melihatnya dari tumbuhnya rasa percaya diri ketika berdiri di depan kelas serta mengajukan pertanyaan untuk temannya. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama. Jadi, tidak ada perbedaan antara siswa yang pintar dan kurang pintar. Guru juga tidak perlu untuk memberi nilai atas gambaran siswa serta hasil presentasi. All About Me bertujuan sebagai pemanasan guru dan murid sebelum menuju ke materi pelajaran. Anggaplah, kita perlu stretching sebelum lari maraton. (AW)
Tinggalkan Balasan